Solusi untuk permasalahan tanpa
masalah
Dalam suatu kelompok yang memiliki banyak kepala
dengan pemikiran masing masing, tentu akan sedikit
sulit untuk membuat
sebuah keputusan tanpa merugikan orang lain. Seringkali kita
sebagai salah satu kepala yang memang harus mengambil keputusan, perguncingan
antara otak kanan dan otak kiripun mulai terjadi di saat kita berfikir langkah
apa yang akan kita ambil selanjutnya. Seringkali seseorang memutuskan dengan
pertimbangan pertimbangan yang di sarankan orang lain tanpa memikirkan jika dia
berada di posisi orang tersebut atau anggota lain.
Tak heran jika keputusan dalam kelompok sering menjadi keputusan sepihak
dengan mengacuhkan
argumen atau pendapat orang lain. Sebenarnya
terdapat beberapa saran yang bisa di
terapkan untuk mengambil sebuah
keputusan yang sekiranya lebih bijak dibandingkan
harus memutuskan sepihak atau kehendak diri sendiri.
1. Sebagai
kepala di atas kepala bersikaplah terbuka
Untuk menyelaraskan pola pikir anggota sangatlah
sulit, bahkan untuk grup dengan anggota hanya 5 orang sekalipun. Cara yang
paling dasar dalam membuat keputusan adalah sifat terbuka, bukan berarti
sebagai kepala di atas kepala kita lantas semena mena
membuat keputusan sendiri. Dengan cara seperti itu kita akan menjadi korban
pikiran sendiri, seperti
kata pepatah “you
are the victim of your own mind” yang sering digunakan untuk menyinggung
orang orang dengan fleksibilitas pemikiran yang sangat rendah atau kaku. Meskipun itu bertentangan dengan pepatah lain “jika kamu ingin hasil sempurna, lakukan sendiri”,
tetapi kata itu lebih tepat sasaran jika kita bekerja sendiri dan hanya untuk kepuasan diri sendiri. Hal
tersebut tak bisa diterapkan jika dalam sebuah kelompok yang ditujukan untuk
kepentingan bersama.
Cobalah berlaku adil pada setiap anggota, setelah mengutarakan
inti dari tujuan kita mengumpulkan anggota, mintalah saran dan tanyakan
langsung kepada setiap anggota jika itu grup kecil atau sub grup atau mungkin
sub devisi.
2. Jangan
menggunakan kata kasar jika kita memang tidak setuju
Bukan hanya sebagai ketua saja, hal ini juga berlaku
untuk seluruh anggota. Terkadang terdapat salah satu anggota yang membenci
anggota lain karena hal pribadi dan secara tak profesional membawa permasalahan tersebut kedalam urusan grup.
Salah satu caranya
saat orang yang tidak ia sukai mengutarakan
pendapatnya yang dilakukan ialah memotong pembicaranya, mengatakan terang terangan tidak setuju tanpa alasan yang jelas
dan di buat buat, atau mungkin juga dengan angkuhnya menggunakan bahasa
sarkasme.
Tipe tipe seperti inilah yang harus dapat di redam dan
tengahi. Kita boleh boleh saja tidak setuju dengan saran orang lain karena
setiap kasus permasalahan selalu ada pro dan kontra. Jika memang sekiranya tidak setuju dengan pendapat atau pernyataannya, sebisa mungkin meminimalisir bahasa yang dapat
menyinggung dan berpotensi menimbulkan masalah baru.
Contohnya mudah “saran dari saudara A memang cukup
bagus, tapi mengingat anggaran yang di alokasikan untuk proyek ini, saya rasa itu kurang tepat karena jika kita menambah
alat baru, otomatis memerlukan sumber daya tambahan, dan itu bisa membebani anggaran, sedangkan alat yang lama
masih bisa digunakan sama persis untuk tujuan alat baru.” Itu untuk formal,
sedangkan untuk informal seperti rapat antar teman atau yang lain bisa
menggunakan bahasa sehari hari dan di iringi dengan sedikit candaan yang bisa
melenturkan suasana, selalu di ingat untuk berhati hati dalam setiap ucapan.
Sebisa
mungkin jika kita menolak atau tidak setuju, utarakan dengan alasan yang logis dan
berikan pendapat kita yang sekiranya lebih baik. Dalam hal ini tak mencari mana
yang benar ataupun yang salah, semua pendapat pasti memiliki hal negatif dan
postifnya, maka dari itu diadakannya diskusi untuk mencari solusi yang dapat
menyelesaikan masalah dengan minimnya masalah yang akan terjadi kedepannya.
3. Mengambil
keputusan berdasarkan pikiran orang lain
Hal ini hanya berlaku untuk kepala yang memang sudah
mengerti bagaimana watak tiap anggotanya, sebelum mengambil keputusan
berdasarkan beberapa saran, ada baiknya kita menempatkan diri sebagai anggota tersebut dengan watak yang dimilikinya
dan pandanglah saran atau kasus berdasarkan watak anggota tersebut. Lakukanlah hal tersebut kepada setiap anggota, kemudian coba satukan watak
mereka dengan watak yang kita miliki sebelum kita mencari jalan tengah dari
beberapa saran. Perlu di ingat, adil itu bukan
berarti kamu ada, aku ada. Laba laba yang memakan lalat di jaringnya itu adil
bagi laba laba, tapi untuk lalat yang di makan itu adalah perang, sesuaikan
dengan kebutuhan setiap anggota saja untuk jalan tengahnya.
4. Jangan
mempertahankan pendapat yang kita
sendiri tidak yakin
Pada kasus ini juga sering di temukan anggota yang
mengutarakan pendapatnya, kemudian kurang di setujui, dia sadar akan
pendapatnya memang kurang bagus, akan tetapi egonya yang besar membuat dirinya merasa paling
benar dan menyepelekan orang lain sehingga dengan alasan seadanya dia akan tetap
mempertahankan pendapat yang ia sendiri tidak yakin hanya karena gengsi.
Mungkin saja dia merasa yang paling tua dan tidak mau mengalah dengan anggota
lain, atau bisa juga wataknya seperti itu.
Sebisa
mungkin singkirkanlah ego yang kita miliki, karena ini untuk kepentingan
bersama, percuma saja diadakannya suatu diskusi jika pendapat yang diambil
hanya pendapat seseorang yang didapat berdasarkan dari sifat negatif dalam
diri. Gengsi hanyalah masalah yang dapat merugikan diri sendiri, bahkan orang
lain. Bersikap bijak dan profesional dapat mencerminkan jika kita telah dewasa
dalam menanggapi suatu permasalahan.
5. Jangan
meremehkan orang hanya karena dia diam
Dalam sebuah grup, baik besar
ataupun kecil pasti di temukan orang yang sok benar, memberi banyak solusi
tidak masuk akal, penurut, dan diam. Dari banyaknya sifat dalam anggota, sifat
pendiamlah yang harus dibimbing. Seorang pendiam bukan berarti tak mengerti,
bisa saja dia memiliki ide yang lebih hebat dibandingkan yang lain dikarenakan
pendiamnya yang selalu berbincang dengan dirinya sendiri. Apa yang ada di pikiran orang pendiam inilah yang harus
kita pancing keluar, biasanya sang pendiam ini ragu untuk mengutarakan pendapatnya
yang mungkin saja dia tidak yakin pendapatnya bagus atau memang tidak berani
karena alasan tertentu.
Mintalah saran secara langsung dengan menyebut
namanya, hal
itu akan sedikit membangkitkan percaya dirinya dan mulai
bisa mengutarakan pendapatnya. Baik atau buruk saran yang dia berikan selalu
berikan apresiasi untuknya sehingga anda benar benar menghargai keberadaannya
di dalam grup anda. Seiring berjalanya waktu dia akan menyadari bahwa
keberadaanya dihargai, dan akan mulai berani untuk mengutarakan pendapatnya.
Bisa juga dengan berbicara empat mata atau secara langsung dengannya.
Pengambilan keputusan memang tidaklah mudah, karena setiap ide yang didapat ingin dihargai. sebisa mungkin bersikap bijak dan mendengar ide dari orang lain karena semua itu adalah tanggung jawab yang harus dipikul, apalagi jika kita pemimpin dari anggota lain, sisi kedewasaan sangatlah dipertanyakan dalam jabatan ini. Singkirkan ego dan ambilah masukan dari orang lain, jika sekiranya lebih baik, kenapa tidak? dan jika sekiranya kurang baik, bisa disisihkan pendapat tersebut.
Penulisan di atas kertas setiap saran yang didapat
memanglah mudah, tapi untuk prakteknya sendiri itu sangatlah sulit di lakukan apalagi jika lawan bicara kita mudah emosi meskipun sudah di
sabari. Saran tersebut tidak wajib untuk di terapkan, ada baiknya kita juga melihat situasi pada saat pertemuan jika memang
cocok di gunakan dengan situasi tersebut maka silahkan mencobanya.
Memang tidak sepenuhnya benar dan tidak menjamin akan
mempermudah dalam mengambil keputusan, akan tetapi setidaknya saran
tersebut dapat meminimalisir timbulnya masalah baru di saat masalah
lama belum menemukan solusi. Dan perlu di ingat,
Keadilan itu tergantung dimana anda diposisikan.
Artikel dari Dian Hendra
EmoticonEmoticon