Kisah Seorang Pembully

Kisah Seorang Pembully

Kisah Seorang Pembully - Penindasan atau lebih dikenal dengan Bully merupakan perilaku negatif yang dilakukan dengan cara merendahkan orang lain baik secara fisik maupun mental. Nikmat menjadi pelaku, namun benci jika menjadi korban. Akan tetapi pelaku bully biasanya timbul karena pernah menjadi korban.

Sudah menjadi hal lumrah di negeri ini, menindas orang lain dengan celotehan yang pedas secara langsung tanpa menyaring perkataanya. Merasa dirinya lebih baik dibandingkan orang yang ia rendahkan. Namun terkadang seorang pembully melakukannya karena orang yang ia bully memiliki kelebihan dibandingkannya dan hal tersebut dapat mengancamnya, maka dari itu ia berusaha untuk menjatuhkan.

Tak hanya celotehan yang bertujuan untuk menjatuhkan mental korbannya, terkadang juga dapat disaksikan disekitar kita kasus pembullyan secara fisik yang bahkan membuat korbannya menjadi cacat mental maupun fisik dan menganggapnya hanya sebagai candaan belaka. Sesuatu yang berlebihan itu tak akan pernah baik, bahkan untuk sekedar candaan.



Bullying di Dunia Pendidikan

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang saya jalani selama membina ilmu didunia pendidikan, pembullyan banyak dilakukan oleh orang terdekat semisalnya sahabat ataupun teman yang mengetahui siapa kita sebenarnya. Pada saat dibangku sekolah menengah, saya merupakan seorang pembully. Entah apa yang dipikirkan, dulu yang ada dikepala ini, perilaku tersebut hanya untuk menghibur diri sendiri dan orang lain tanpa memikirkan perasaan mereka yang tersakiti oleh perkataanku yang menjatuhkan nama dan derajat mereka.

Belum adanya sikap dewasa dan salahnya berteman dengan orang yang suka membully membuat saya menjadi seperti itu. Dibangku SMP lah saya baru menyadari jika candaan yang dilontarkan dapat membuat mereka geram terhadap sikapku. Dipikirku ini hanyalah sebuah candaan, jadi sebenarnya tak ada niat untuk menjatuhkan ataupun merendahkan mereka. Sejujurnya ketika mereka menjauhiku, tak terpikir jika celotehankulah yang membuat semua ini, dipikiranku mereka pasti tau jika yang kulakukan hanyalan candaan karena mereka orang terdekatku, jadinya yang kupikir mereka akan mengerti apa sebenarnya tujuan dari celotehan itu. Mungkin wajar karena masih terdapat sifat kekanak-kanakan pada diri ini yang ingin dimengerti tanpa bisa mengerti.

Meskipun masih terdapat sifat suka mem-bully, dimasa SMA mulailah diriku berpikir dewasa dan mencoba mengerti perasaan korban bully, temanku. Merasa jengkel, itulah yang dirasakan. Ingin membalas, tapi tak dapat berbuat apa-apa. Prihatin sebenarnya melihat jika dibangku sekolah tindas menindas menjadi hal biasa, entah karena anak tersebut aneh ataupun berbeda dari yang lainnya.

Setelah masuk didunia perkuliahan, saya berniat untuk lebih menghargai pertemanan dan lebih memilih diam dibandingkan harus merendahkan orang lain, karena hal tersebut tak akan meninggikan derajat yang saya miliki dan justru hal tersebut hanya akan menjatuhkan diri sendiri.

Namun karma selalu ada, kini teman terdekatku sering menjatuhkanku dengan perkataannya. Meskipun ia hanya bercanda, akan tetapi terkadang perkataannya suka menusuk dan membuatku sakit hati. Pada keadaan inilah saya merasakan bagaimana perasaan teman-teman terdahulu yang pernah dibully. Bagaimana sakitnya sebuah candaan untuk membuat orang lain tertawa, akan tetapi dengan cara menjatuhkan orang lain.

Disinilah masalahnya, saya harus menyikapi hal tersebut dengan bijak. Bukan berarti dia musuh dalam selimut, ia hanya versi masa laluku yang datang untuk membalas dendam. Yang kuketahui jika sebenarnya ia adalah korban bully dimasa dulunya dan berusaha membully teman dekatnya sebelum ia dibully. Memang tragis, karena yang mendorongnya untuk melakukan hal tersebut adalah agar dirinya tak dibully.


Bullying Telah Merajalela

Tak hanya didunia nyata, bullying dapat ditemukan pula didunia maya. Tempat yang tepat untuk menyebarkan kebencian dan menjadi sasaran empuk untuk melakukan pembullyan, dengan menggunakan identitas palsu para bullying dapat berlaku bebas dan semena-mena. Banyak cara yang mereka lakukan untuk menjatuhkan orang lain dan salah satu penyebabnya ialah iri kepada artis dunia maya ataupun dunia nyata yang bermain sosial media. Sebutan mereka ialah haters, memiliki tujuan untuk menjatuhkan mental korbannya dengan memprovokasi orang lain yang awam dalam informasi dan akhirnya terbawa suasana untuk ikut serta menyerang korban. Atau kasus lain seperti merendahkan orang awam yang bertanya pada sebuah forum dengan membully nya. Memang sudah menjadi sifat yang mendarah daging bahwa kita menganggap diri kitalah orang terhebat dan memiliki hak untuk menjatuhkan orang lain.

Kita tak tau latar belakang kehidupan seperti apa yang telah mereka (korban) alami, mungkin saja mereka sedang berjuang melawan beratnya kehidupan yang dijalani dan dengan sengajanya kita memberi mereka alasan untuk menyerah pada hidup ini. Membuatnya menyadari jika hidupnya sudah tak layak untuk diperjuangkan.


Kita hanya bisa menilainya dari luar dan menyepelekan keadaannya bahwa diri kita lebih baik dibandingkannya. Sungguh suatu kebodohan yang ada pada diri kita jika dengan semena-mena menjatuhkan orang lain, hal tersebut tak akan membuat kita menjadi lebih baik. Toleransi dan empati perlu ditegakan dalam diri kita, bahwa setiap orang itu memiliki perbedaan dan keunggulan masing-masing, jangan sampai hal tersebut membuat kita berpikir jika diri kitalah orang terhebat dibandingkan orang lain karena sesungguhnya diatas langit masih terdapat langit. 

5 comments

  1. salah satu kunci apabila kita menjadi si korban adalah dengan cara diam dan pergi, nanti juga mereka merasakan karmanya sendiri :D , itu sih pengalaman saya hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya gan, lebih baik mengalah.. Dan mengalah blm tentu kalah.. Pasrahin aja sma kehendak Ilahi, biar Tuhan yg membalasnya..

      Delete
  2. saya pernah menjadi keduanya :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama gan, biar jadi pengalamab aja.. Ngerasain pahitnya kehidupan.. Hehe..

      Delete
  3. memang saat smp lah sy juga sering di bully sob, mungkin saat itulah mereka baru mencari jati diri. tapi buat sy selama yg di bully bukan menyangkut ortu saya masih menerima, tapi bila bully menyakut ortu saya baru pakai cara hutan.

    ReplyDelete


EmoticonEmoticon